Rabu, 10 Januari 2018

Kent Tatto

Kent Tattoo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
KENT TATTOO
Kent Tattoo.jpg
Kent Tattoo Dalam Sesi Pemotretan Surat Kabar
LahirYusepthia S. Soewardy
9 September 1972 (umur 45)
Lengkong Kecil, BandungIndonesia
Tempat tinggalBandung
KebangsaanIndonesia
PendidikanSTISI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Dan Desain)
PekerjaanArtisSenimanTattoo Artis
Tahun aktif1989–sekarang
Dikenal karenaPendiri Kent Tattoo Studio Dan Pelopor Tattoo Di Indonesia
PasanganTiara Widy
AnakCendythia Utami Soewardy
Keyna Cecia Soewardy
Cleinethia Soewardy
Florenthia Soewardy
Situs webKent Tattoo
Kent Tattoo (Kent Kent) Nama Lahir Yusepthia S. Soewardy (Lahir Di BandungJawa Barat9 September 1972, Namun Lebih Akrab Disapa Kent Atau Kent Tattoo Adalah Seorang Artis Tattoo Kenamaan Yang Mengawali Karier Sejak Tahun 1989. Dalam keluarganya Kent memiliki 1 kakak perempuan dan 1 adik perempuan. Kent menghabiskan masa kecilnya di BandungJawa Barat.

Daftar isi

  [tampilkan

Karier[sunting | sunting sumber]

Kent mulai tetarik pada dunia gambar sejak usia Sekolah Menengah, setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Umum, Kent mulai belajar tentang seni Tattoo. Pada saat itu Kent hanya ingin mencoba apakah motivasinya dapat diterima di komunitas anak jalanan. Selain Tattoo, Kent juga belajar tentang Airbrush. Kent juga mendirikan perusahaan advertising dan bekerja disalah satu perusahaansurat kabar (Pikiran Rakyat) di Bandung, sebagai desain grafis dan fotografi. Untuk meningkatkan kemampuannya, Kent meneruskan pendidikannya di Sekolah Seni dan Desain (STISI), dan menyelesaikannya pada tahun 1996, dengan hasil yang memuaskan. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Kent meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya tentang Tattooairbrushdesain grafis dan Digital Computer sambil bekerja pada perusahaan surat kabar (PR).
Pada tahun 1998, Kent mengundurkan diri dari pekerjaannya pada perusahaan surat kabar, dan saat itu juga Kent berniat untuk memulai hidupnya dan memfokuskan dirinya didunia Tattoo, dengan satu niat “ Untuk menjauhkan dunia Tattoo dari narkoba dan alkohol”. Kent hanya ingin Tattoo dihargai dari sudut seni, tanpa melihat sisi negatif dari Tattoo itu sendiri. Kent mulai menekuni dunia tattoo pada saat pertama kali membuka studio pribadinya, lalu ia memulai untuk bekerja-sama dengan temannya yang memiliki visi dan misi yang sama.

Kinki Ryusaki

Kinki Ryusaki - Hot Tattoo Girl Paling Terkenal di Malaysia

Kinki Ryusaki adalah salah satu pembuat Tattoo Artist Profesional yang paling Hot dan Terkenal di Malaysia. Dia mulai belajar tatto sejak berusia 16 tahun. Kinki Ryusaki benar-benar mantap untuk menjadi penTattoo Profesional untuk Pecinta tattoo di seluruh dunia.

Berikut foto-foto Kinki Ryusaki:

Tatto 3D

Berikut kumpulan galleri gambar tatto 3d keren ditubuh wanita dan pria mulai dari lengan tangan, betis kaki, paha, punggung sampai puser perut

Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok
gambar tatto wajah wanita dipadukan dengan gambar tatto tengkorak / skull tattoo dengan bunga mawar, terlihat serem tatto yang ada ditubuh wanita diataas, namun tetap saja gambar tatto dia sungguh keren.
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok
Tato seorang gadis bertopeng, jika dilihat seperti lukisan didalam kertas, padahal gambar ini dikulit seorang manusia, dan tentunya membuat lukisan gambar tattoo ditubuh kulit sangat sulit, dan sangat langka bisa membuat tato seperti itu.
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok
gambar tatto sketsa burung diatas juga asli dan bukan gambar hoax yang sering disebut netizen, walaupun warna hanya hitam tetapi gambar tato diatas seperti hidup dan bergerak
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok Terbaru
Gambar tato diatas ini juga paling disukai oleh wanita-wanita thailand sana, apakah gambar tato budha serta bunga dari surgawi ? dan tentu sudah banyak yang tahu kalau tato simbol agama suka dilukis seperti tatto salib / cross tatto kristen khatolik dengan gambar isa atau sering disebut yesus.
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok Terbaru
Gambar wanita cantik bak bidadari diatas juga banyak yang bilang tato 3 dimensi hidup
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok Terbaru
ini juga gambar tato paling sangat classic yaitu tato anak punk motif ghotik dan sangat banyak disukai oleh band metal rock
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok Terbaru
seperti yang sudha -sudah gambar simbol lambang atau logo sebuah agama juga sering dilukis di badan seperti lambang salib
Gambar Tato 3D Keren Terlihat Hidup Seperti Asli Kutipan Wahok Terbaru

Trend Tatto Mata

Tato biasanya diaplikasikan ke permukaan luar tubuh seperti kulit. Namun beberapa tahun ini terdapat sebuah tren untuk mewarnai bola mata dengan tinta tato. Hal ini tentu saja terdengar mustahil. Namun, seperti dilansir dari Lunacobra.net, yang mengaku menemukan teknik mewarnai sclera (bagian putih mata) menjelaskan teknik ini seperti menyuntikkan tinta warna ke bola mata Anda secara langsung dan membiarkannya menyebar di permukaan atas bola mata Hasil gambar untuk tren tato mata. Warna ini bersifat permanen.

komunitas isc

anniversary 2nd kotattooea
Anniversary 2nd kotattooea dijakarta adalah acara ulang tahun komunitas kotattooea yang menampilkan berbagai acara menarik yakni, tattoo on canvas, tattoo kolaborasi, tattoo gangbang, dan body piercing. acara ini pun turut di ramaikan tattoo traditional hand tipping oleh Andre Lorong Rupa, bersama tebori tattoo Ari Nippon Irezumi, sekaligus serah terima jabatan Ketua Kotattooea yang dilangsung pada pagelaran acara tattoo yang bertempat dikota tua jakarta kamis (06-11-20120).
Acara tattoo yang berlangsung dari pukul 19.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB ikut dihadiri oleh Ketua ISC Indonesia Subculture Ucha Cyberborg, KRKT Komunitas Reggae Kota Tua, dan All chapter ISC Jabotabek.
  Acara yang digagas komunitas kotattooea ini  turut disposori oleh Lapak 23, H2000 Tattoo Supplay,dan King’s Design
Hal yang menarik saat dilangsungkan serah terima jabatan ketua Kotattooea yang sebelumnya dijabat Bayang Rizal digantikan oleh Jangkung Rebellines skin art ini, meski diguyur hujan yang cukup lebat, antusias serta semangat pencinta tattoo sangat tinggi dan banyak mendapat respon dari pengunjung Kota Tua dijakarta
















Komunitas Masberto

kamis , 11 januari  2018

MASYARAKAT BER”TATTO”

Bekasi (11,1) - Awal mula Tatto merupakan sebuah adat tradisional Indonesia dari kepulauan  mentawai sumatera barat, Indonesia. Namun seiring berjalannya waktu sebagian masyarakat Indonesia dewasa ini menganggap tatto sebagai sebuah karya seni. Disamping itu masih banyak masyarakat yang menganggap tatto sebagai kriminal karena pada jaman orde baru orang yang bertatto adalah orang yang baru bebas dari rumah tahanan.


Dodi Lukita atau biasa di sapa bang benges ialah pria kelahiran 37 tahun silam merupakan pendiri dari komunitas  tersebut,   awal tahun 2010 adalah tahun dimana awal masberto dibuat dengan konsep club and bar namun pada tahun 2011 mengalami keterpurukan kemudian bangkit lagi dengan semangat bang benges yang mengajak kembali anggota yang lain untuk mendirikan kerajaan masberto namun dengan konsep komunitas yang baru,  yaitu bukan lagi club and bar melainkan sebagai rumah singgah.  Dijalan villa nusa indah,bekasi merupakan base camp dari masberto dengan konsep barunya tersebut  yang hingga saat ini diperkirakan telah mencapai  800 anggota dari komunitas masberto tersebut. “Tujuan dari dibentuknya komunitas masberto adalah untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap orang orang bertatto,  bahwa tatto itu adalah seni bukan kriminal, khususnya pada anak-anak punk  yang mungkin sering kita lihat berkeliaran di jalanan, di masberto ini kami saling belajar cara hidup yang benar sama seperti kehidupan orang lainnya”,ujar bang benges. ” Buka usaha sepert distro, bengkel motor, nyablon baju, membuat tatto, bahkan sampai jual beli motor atv merupakan kegiatan sehari hari di komunitas ini, Karena tanah seluas  5400 meter harus bisa bermanfaat untuk komunitas dan masyarakat sekitar komunitas ini”,ujarnya kembali.  Untuk masalah event yang telah diikuti masberto telah banyak sekali mengikuti event seperti, motor, musik, terkhusus acara tatto yang baru - baru ini diadakan di Bandung yang digabung dengan ulang tahun salah satu band metal indie di indonesia. (IT)

Makna Tatto Bunga Terong

Keunikan Motif Tato Dayak dari Kalimantan, Beserta Maknanya

   jan 11, 2018
Indonesia dengan keanekaragaman suku dan budayanya memiliki banyak keunikan tersendiri, salah satunya adalah keunikan motif tato Dayak dari Kalimantan. Bagi suku Dayak, gambar tato memiliki arti dan filososfinya tersendiri. Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman-pengalaman yang suku Dayak gambarkan sebagai bentuk pengingat pengalaman pribadi maupun pengalaman spiritual.
Sebagian besar tato yang dilukis nyaris menutupi seluruh anggota tubuh, bahkan ada juga yang mempunyai tato diseluruh anggota tubuh. Maka tak perlu terkejut jika memasuki perkampungan suku Dayak kemudian berjumpa dengan orang-orang tua baik pria maupun wanita yang memiliki berbagai macam tato unik diberbagai bagian tubuhnya.
Gambar motif tato Dayak bukan sekedar hiasan saja, gambar-gambar ini memiliki arti dan makna yang sangat mendalam.
Tato ditubuh pria suku Dayak adalah sebagai simbol dari segala hal yang berkaitan dengan: Tanda inisiasi, simbol kekuatan magis, religi, pengobatan, kenangan perjalanan ataupun catatan kehidupan.
Tapi, arti yang paling mendalam dari gambar motif tato Dayak tersebebut bagi mereka adalah bukti kelaki-lakian yang tahan akan penderitaan.
Sedangkan tato ditubuh wanita suku Dayak adalah sebagai simbol yang menandakan bahwa wanita tersebut sudah dewasa. Ada juga gambar tato yang berfungsi sebagai penjaga dari roh-roh jahat dan sebagai penolak sakit.
Dalam hal motif, motif tato Dayak dari kalimantan penuh dengan simbol serta filosofi. Mitologi Dayak dalam sketsa menampilkan sosok-sosok makhluk hiddup dalam bentuk yang abstrak. Penempatan suatu motif disuatu bagian tubuh juga memiliki maknanya tersendiri.
Bagi orang Dayak, tato lebih dari sekedar gaya hidup semata. Tato di tubuh bisa menjelaskan beberapa hal, seperti: Bagian dari tradisi religi, status sosial, penghargaan terhadap kemampuan atau jasa yang pernah diraih, ahli dalam ilmu pengobatan dan menandakan seseorang sering mengembara.

Pembuatan Motif Tato Dayak

tato dayak

Motif tato Dayak dari Kalimantan dulu dibuat dengan memanfaatkan sumber daya alam sekitar. Seperti jelaga dari lampu pelita atau arang periuk serta kuali, dipergunakan sebagai pewarnanya. Bahan-bahan tersebut kemudian dikumpulkan, lalu dicampurkan dengan gula kemudian diaduk sampai sedemikian rupa.
Dengan menggunakan duri dari pohon jeruk yang ukurannya cukup panjang dan tingkat ketajaman yang mencukupi jika dipergunakan sebagai alat merajah. Duri tersebut bisa digunakan atau dijepitkan ketangkai kayu untuk pegangan sehingga menyerupai dalam menggunakannya.
Setelah itu duri pohon jeruk dicelupkan pada tinta berbahan jelaga dan gula, kemudian pentato menusukkan duri ke kulit sesuai motif tato dayak yang ingin dibentuk.
tato dayak kalimantan tengah
Ketika motif tato dayak yang dibuat terlalu rumit, proses perajahan bahkan bisa memakan waktu seharian. Bekas tusukan duri pohon jeruk tersebut bisa berakibat pada pembengkakan dan mengeluarkan darah. Bahkan bisa menyebabkan demam 1 sampai 2 hari.
Seiring perkembangan zaman, pembuatan motif tato dayak sudah menggunakan jarum. Bahan yang digunakan juga sudah bukan jelaga lagi, karena sudah ada alternatif lain, yaitu tinta.
Tinta sebagai bahan pewarna terdiri dari 2 bentuk, batu arang dan cair. Jika yang digunakan batu arang, makan sebelum digunakan harus digosok kemudian dicampurkan air.
Motif tato Dayak hanya memiliki satu warna, yaitu hitam kebiru-biruan dengan gambar yang khas buatan tangan. Sedangkan tato zaman sekarang sudah jauh lebih rapih dan memiliki banyak varian warna berkat peralatan mesin dan tintanya.

Makna Motif Tato Dayak


Panglima perang Dayak (Panglima Damai), Edy Barau mengatakan. Motif yang digunakan masyarakat dayak, khususnya Dayak Iban untuk mengukir tubuh berhubungan erat dengan kehidupan di alam (hutan)
Dengan demikian, motif tato dayak ada yang berasal dari binatang maupun tumbuhan, bunga dan buah. Semua ini memiliki arti dan makna bagi suku Dayak.
Menurut Edy, ada tujuh bentuk motif tato dayak yang berhubungan erat dan sering digunakan dalam masyarakat Dayak Iban. Selain itu, untuk tempat atau lokasi untuk mengukir gambar tidak boleh sembarangan.
Ketujuh motif tato Dayak itu adalah: Motif rekong, bunga terong, ketam, kelingai, buah andu, bunga ngakabang atau bunga tengkawang dan bunga terung keliling pinggang. Masing-masing motif ini memiliki makna yang berbeda-beda.

1. Motif Rekong

Motif Rekong biasanya diukir pada leher. Bagi suku Dayak Iban, seseorang yang mendapat ukiran rekong adalah orang yang mempunyai kedudukan dimasyarakat. Seperti Timanggong/Temanggung dan panglima perang. Ataupun orang yang dianggap sesepuh di kampung halamannya sendiri, maupun di tempat merantau.
Motif rekong juga berbeda-beda bentuknya, tergantung dari jabatan dan kedudukan. Selain itu, antara sub suku Dayak yang satu dengan yang lainnya juga memiliki motif rekong yang berbeda. Tapi, tetap memiliki makna yang sama.
Untuk motif rekong sendiri biasanya berupa gambar sayap kupu-kupu, kalajengking dan udang. Intinya lebih cenderung berbentuk binatang-binatang.
Sub suku Dayak yang biasanya memiliki motif rekong adalah Dayak Kayan, Dayak Iban dan Dayak Taman. Sementara masyarakat Dayak biasa yang memiliki tato rekong di leher akan dikenakan hukuman adat. Namun sekarang hukum ini sudah tidak berlaku lagi, karena sebagian suku Dayak memandangnya sebagai seni saja.

2. Motif Bunga Terong

Bunga terong adalah kebanggaan suku Dayak Iban, kalimat “Bunga terong sudah naik” atau yang memiliki arti “orang itu sudah profesioanal” sering diucapkan masyarakat Iban.
Umumnya motif tato bunga terong diukir pada bahu, sehingga bunga terong juga memberi makna pangkat atau kedudukan.
Bentuk dan jenis bunga terong yang digunakan juga ada berbagai macam, letak pengukirannya pun berbeda-beda. Ada tato bunga terong yang diukir pada bagian lengan, tangan, kaki dan perut. Ada juga yang mengukir seluruh tubuhnya dengan motif tato bunga terong.

3. Motif Ketam

Motif ketam memberikan arti hidup selalu menyentuh alam. Meski begitu, ketam biasanya diukir pada bagian tubuh belakang atau tepatnya di daerah punggung.

4. Motif Kelingai

Motif kelingai melambangkan binatang yang ada di lubang tanah. Motif ini juga memberikan arti hidup kita tidak pernah lepas dari alam ataupun bumi.
Motif kelingai biasanya di ukir pada bagian pada atau betis.

5. Motif Buah Andu

Motif buah andu biasanya diukirkan pada bagian belakang paha, maknanya adalah ketika merantau kita orang Dayak selalu berjalan jauh. Buah andu juga makanan untuk penyambung hidup. Jadi, motif ini juga memiliki arti kehidupan.

6. Motif Bunga Ngkabang atau Bunga Tengkawang

Motif bunga ngkabang atau bunga tengkawang juga memiliki arti sumber kehidupan. Bunga tengkawang adalah bunga yang paling banyak di tempat asal suku Dayak Iban. Ukiran ini biasanya ada di atas perut.

7. Motif Bunga Terung keliling pinggang

Motif bunga terung keliling pinggang ada yang memiliki jumlah kelopak enam ada juga yang berjumlah delapan. Seorang masyarakat Dayak Iban yang memiliki bunga terung keliling pinggang biasanya memakai bunga yang memiliki delapan kelopak.
Biasanya orang Dayak yang memiliki motif ini sudah puas merantau atau sudah pernah merantau ke berbagai tempat.

Makna Motif Tato Dayak yang

Masih ada berbagai macam motif tato dayak lain yang juga memiliki makna yang mendalam, seperti:
  1. Kelatan, biasanya motif ini diukir pada bagian leher. artinya yang merupakan hiasan bagi kaum wanita.
  2. Telingkai puntul, motif ini biasanya diukir pada bagian kiri atau kanan badan bagian bawah. Artinya bahwa kelamin pria dipasang alat perangsang dalam hubungan intim.
  3. Telingai besai, motif ini merupakan tanda bagi orang yang benyak berjalan jauh atau pengembara.
  4. Tali sabit dan tali gasing, kedua motif ini biasanya ada pada bagian pergelangan tangan, motif memiliki arti seperti perhiasan.
  5. Tebulun, motif ini biasanya terdapat pada bagian belakang ibu jari. Arti dari motif ini adalah orang yang suka membantu dalam mengayau, untuk kamu wanita paintar bertenun atau rajin.
Sekarang ini, hanya sebagian kecil suku Dayak yang masih mempertahankan budaya ini. Semoga dengan artikel ini, motif tato Dayak di Kalimantan masih bisa terus diingat dan bisa menjadi pengingat generasi selanjutnya. Bahwa di Indonedia terdapat tato tradisional tertua di dunia, bahkan lebih tua dari tato mesir. Yaitu tato tradisional suku Dayak dari Kalimantan.

Sejarah Tatto Suku Dayak

Kamis 11 jan 2018



     Sejarah Tato Dalam Suku Dayak


Sejarah Tato Dalam Suku Dayak

Abad demi abad selalu disertai oleh tanda dan simbol. Baik dalam bentuk visual maupun non visual. Manusia merupakan pelaku utama penanda itu, ia adalah mahkluk yang penuh daya cipta, ide, estetika, kreativitas, serta rasa kemanusiaannya. Dalam kehidupan komunal, manusia menyepakati berbagai aturan dan norma, bahasa, dan akhirnya menyepakati tanda, dan lambang sebagai identitas bersama. Eksistensi identitas itulah yang menuntun manusia mengurangi, menambah, mengatur dan mengubah bagian tubuh alamiahnya.
Tato adalah contoh penanda itu, karya seni hasil peradaban itu sendiri. Sekaligus merupakan sebuah media dalam masyarakat dan kelompok tertentu untuk saling mengenal dan berkomunikasi dan menunjukkan eksistensinya.
Tato, dan tradisi yang menyertainya adalah bagian kehidupan manusia, ia ada dalam tradisi seluruh benua dibelahan bumi ini. Afrika, Amerika, Eropa, Asia, Oceania, di benua Australia dan sekitarnya. Awalnya ia adalah konsumsi lokal kelompok masyarakat semata, namun kini dalam era global ia dapat menjadi konsumsi siapa saja yang menjadi anak jaman. Kata Tato, adalah peng-Indonesiaan dari tatto (English). Yang dapat diartikan sebagai goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata Tato, berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau”. Dan akhirnya memiliki istilah yang umumnya hampir sama diberbagai belahan dunia; tatoage, tatouage, tatowier, tattuagio, tatuar, tatuaje, tatoos, tattuaringer, tatuagens, tattoveringer, tattoos dan tatu. ( Tato, Hatib abdul kadir Olong, 83) Dalam bahasa Dayak ada yang menyebutnya Tutang, Pantang, Tedak .
Pada tradisi orang Dayak, Tato adalah ritual tradisional yang terhubung dengan peribadatan, kesenian dan juga pengayauan. Ia melekat ditubuh secara permanen sehingga ia menjadi ikatan pertalian, penanda yang tidak terpisahkan hingga kematian, selain itu juga berfungsi menunjukkan status sosial pemakai maupun kelompok tertentu. Gambar dan motif tertentu pada tato yang dikenakan orang Dayak ada yang dipercaya penggunanya merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat dan membawa keselamatan.

Dalam bukunya Dragon and Hornbill, Bernard Sellato mengungkapkan bahwa selain Dayak Tunjung dan Dayak Daratan, hampir semua kelompok suku Dayak di Kalimantan mengenal Tato sebagai penanda dan identitas kelompoknya. Terutama yang mengemuka di Kalimantan Barat adalah kaum lelaki Iban, Kayan dan Taman. Pada orang Dayak Kayan dan Kenyah, wanita mengenakan lebih banyak tato pada tangan dan kakinya untuk mempercantik diri.
Menurut Sellato pula, motif yang dikenakan kaum pria Dayak pada umumnya merupakan lambang kejantanan, keberhasilan dalam perang, dan identifikasi dalam pertempuran. Motif tato yang sering di gunakan merupakan cara untuk menangkal pengaruh jahat, penyembuhan penyakit, dan mempunyai makna religius, serta merupakan lambang alam semesta yang saling melengkapi. Seorang lelaki dewasa Dayak Iban yang telah berpengalaman dalam Mengayau, ataupun perantau dan berbagai kelebihan individu segera mengenakan lambang-lambang yang menunjukkan keperkasaannya. Ini adalah kebanggaan, prestise dan sebuah fase yang didambakan kaum lelaki saat itu.
Kaum perempuan menunjukkan kepiwaiannya dalam menenun dan menari. Bagi perempuan saat itu, menenun sama dengan tindakan perang yang dijalankan kaum pria. Keindahan tenunan, pemilihan motif merupakan sebuah keahlian yang bukan sembarangan, kemampuan ini diakui masyarakat sebagai prestasi yang patut ditandai dengan tato sebagai penghargaan dan penanda. Catatan ini menerangkan bahwa Tato pada perempuan Dayak Iban dan Kayan sangat berarti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tato pada masa itu sangat penting keberadaannya ditengah masyarakat Dayak yang menyepakati untuk mengenakkannya. Ia adalah lambang, sekaligus representasi konsep hidup, konsep religiusitas ke-Tuhanan, sekaligus sebuah doa, bekal dan pesan bagi kehidupan.
Begitu jauh Tato berjalan mengarungi dunia, menembus semua lapisan, batasan. Namun Tato tetap bukan produk modernisme, ia lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional bahkan kuno.
Bunga Terung yang biasa dikenakan lelaki Iban, tertanam juga di bahu Flea, bassis Red Hot Chilli Papers (Band musik Rock biasa disingkat RHCP). Mike Tyson, meletakkan motif Maori di pipi dan dahinya. Sebaliknya, seorang mahasiswa Dayak di Yogyakarta dengan gagah menyimpan Che Guevara didadanya, lalu lambang “S” Superman di lengan kanannya.
Tato tradisi Dayak, ditengah fenomena globalisasi yang melanda seluruh muka bumi, sejauh apa ia diperlakukan, dikenakan dan dicintai dan dipelajari sebagai bagian dari sejarah dan tradisi? Dunia tidak merampasnya, namun ia kini tak lagi hanya menjadi milik orang Dayak saja, ia menjadi bagian dari budaya yang dimiliki dunia pula, dunia telah memintanya.
Telah terjadi kedangkalan pemahaman masyarakat kita menterjemahkan Tato dalam hidup sehari-hari ( seperti disampaikan dalam opini Bapak A.Halim.R Pontianak Post, Kamis, 3 Januari 2008).Banyak anak muda yang seolah latah mengenakan Tato sebagai identitas baru. Hal ini dapat disaksikan dikalangan pemuda Dayak di Kalimantan Barat. Konsepsi Tato adat dan tradisi tak lagi dipegang teguh bahkan tidak dipahami.
Sangat disayangkan, karena kedangkalan itu melanda kaum muda Dayak di Kalimantan, daerah yang memiliki tradisi dan budaya Tato yang pernah menjadi pusat perhatian dan dihargai dunia. Kalimantan Barat khususnya, adalah pemilik aset budaya tersebut, namun pengetahuan dan eksotisme lokal ini ternyata dilewatkan begitu saja sebagai suatu hal yang sia dan tak mendapat perhatian. Bukankah Tato tradisi Dayak dan orang yang mengenakannya sesungguhnya adalah sebuah aset budaya yang tak ternilai bagi pariwisata, ilmu pengetahuan dan sejarah lokal?
Mencermati keterpurukan pemahaman dalam berbagai aspek budaya di Indonesia, dalam bukunya Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Budaya, Umar kayam mengungkapkan, “Modernitas adalah mutlak dalam sebuah negara kebangsaan baru, dan dapat bersikap sangat keras terhadap kesenian tradisional. Modernitas menciptakan efisiensi yang tidak hanya merubah irama serta memendekkan kesenian tradisional itu, akan tetapi sesungguhnya merombak hal-hal yang paling dasar dari kesenian”.( Umar Kayam,Sesuatu Indonesia)

Modernitas dan gelombang globalisasi memang tak dapat dihindari, namun itu tidak berarti kita boleh membiarkannya dengan leluasa mengambil dan mengganti warna, memporak porandakan tradisi semaunya. Semakin pudarnya eksistensi Tato dan berkurangnya minat generasi muda Dayak menyandang tato tradisi tak lepas dari kesadaran baru masyarakat saat masuknya agama besar, dan kombinasi faktor lainnya dalam tatanan hidup masyarakat Dayak. Namun yang harus dikritisi adalah sikap pemerintah Indonesia melalui instansi yang berwenang di Kalimantan. Telah terjadikah sebuah usaha untuk tetap menjaga Tato (dengan segala dinamika, baik dan buruknya) sebagai bagian tradisi sebagai sebuah jejak leluhur yang patut untuk dipelajari, dikaji sebagai tanggung jawab moral terhadap generasi muda Indonesia?
Dibalik keberhasilan ekonomi dan propaganda pembangunannya, Orde Baru adalah gurita, yang mencengkeram seluruh aspek kehidupan masyarakat. Pemuda dan generasi yang sudah dewasa tentu ingat fenomena “Petrus” sekitar tahun 1983-1985. Shock therapy yang dimobilisasi oleh negara demi sebuah alasan ketertiban dan keamanan. Eksistensi negara dalam “Petrus” saat itu di akui oleh Alm. Soeharto (mantan presiden ke dua) dalam biografinya : Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya (1989). Tato menjadi sebuah stigmatisasi kejahatan, kriminalitas dan keberingasan yang harus ditumpas. Masyarakat kota di Jawa terhenyak dengan kerap ditemukan mayat dengan tubuh penuh lubang peluru, tusukan dan bekas penganiayaan: Umumnya tubuh itu bertato. Negara melakukan kontrol terhadap nasyarakatnya, dan masyarkat Dayak saat itu adalah masyarakat yang serta merta menjadi “orang terhukum” ditanah air, tempat adat istiadat dan budayanya berkembang.
Saya tidak mempunyai cukup pengetahuan dan data tentang apa yang terjadi di Kalimantan saat itu, namun dengan luasnya akses informasi mengenai seluruh rangkaian kejadian tersebut dapatlah dibayangkan bagaimana kecemasan Dayak-dayak yang terlanjur bertato demi menghormati tradisinya. Sebuah hasil karya seni, tradisi yang hidup jauh sebelum mereka menjadi bagian integral Republik ini, bahkan sebelum Indonesia di proklamirkan. Identitas budaya terseret menjadi lambang kriminalitas, dan stigmatisasi itu hidup hingga kini. Sehingga ada ungkapan yang diskriminatif pada 1960-1980, bahwa “orang bertato tak berhak menjadi ABRI dan Pegawai Negeri”. Memahami, menjalankan tradisi, ternyata dapat menjerumuskan nasib dinegara ini. Stigmatisasi yang hidup itu, mengakibatkan kecemasan dan unconfidence untuk menyatakan diri sebagai Dayak dengan tradisi mengenakan Tato sesuai tradisi Dayak.
Saat ini ketika rezim telah berganti, apa yang terjadi ditengah masyarakat di Kalimantan Barat (terutama kaum muda Dayak), sesungguhnya adalah sebuah pencarian baru, aktualisasi diri atas identitas budaya dan kebanggaan sebagai empunya tradisi. Terjadi sebuah kegamangan ketika “kedayakkan” dipertanyakan. Saya tak bermaksud berdalih, namun generasi Dayak yang hidup dan dewasa dalam masa Orde Baru adalah generasi yang terkungkung dan terlanjur di seragamkan menjadi nasionalis setengah jadi.

Benar adanya seperti yang disampaikan Jenkins didalam catatan Van Hulten, bahwa terjadi pembudayaan terhadap orang Dayak dimasa itu, dimana keberadaan mereka dianggap dapat merusak image Indonesia sebagai negara yang progresiv ( Herman Josef Van Hulten, Hidupku diantara Suku Daya,1992). Sehingga terjadilah aneka program yang dilakukan pemerintah dengan tujuan merubah, mengajarkan, mempengaruhi dan semua itu tanpa pertimbangan bahwa negara seharusnya memberikan perlindungan yang memadai bagi budaya tradisi lokal warga negaranya. Masyarakat lokal ketika itu tidak dipersiapkan dengan baik untuk menerima para transmigran, sehingga semakin terhimpit dan goyah dalam mengidentifikasi kedudukannya ditengah masyarakat yang kian mejemuk. Setelah satu persatu rumah Panjang dirubuhkan untuk diganti dengan pola yang baru, sesungguhnya orang Dayak telah kehilangan kedaulatan adat dan tradisinya.
Tak dapat di sangkal pula, melalui media elektronik terutama Televisi, pengaruh Eropa dan Amerika (barat), juga menjadi bagian penting perubahan besar yang terjadi pada masyarakat tradisi. Televisi menghantarkan realitas kedua dari belahan dunia lain, sehingga memotivasi untuk segera menjadi bagian dari dunia baru itu. Persoalan mode dan pola hidup adalah contoh yang paling cepat terlihat dari dampak itu. Pakaian, asesori dan aneka jenis perhiasan segera mempengaruhi gaya hidup. Globalisasi segera menyeragamkan manusia dalam suatu budaya massa yang sewarna, sehingga apa yang dialami masyarakat Dayak adalah fenomena biasa yang juga sedang terjadi dan dialami masyarakat dunia dibelahan bumi yang lain. Gencarnya arus globalisasi menjadi warna dan pengaruh besar yang memotivasi seorang atau kelompok segera menjadi bagian dari arus besar itu.
Perdebatan dan eksistensi Tato tradisi saat ini memang tak lagi up to date untuk di benturkan dengan kekinian. Dalam agama Islam, dalam moralitas agama Kristen, Katolik juga terdapat himbauan dan larangan untuk tidak ber-Tato, yang mencerminkan manusia merupakan citra Allah. Norma dan “kepantasan” yang tertanam dalam masyarakat juga demikian adanya.
Serupa dengan perdebatan tentang pornografi dan pornoaksi beberapa waktu yang lalu, agama dan Seni akan selalu memiliki batas yang abstrak. Seni dan kebudayaan merangkum semua pola pikir, aktivitas sosial hingga hasil dari aktivitas tersebut. Dalam hal ini agama juga dianggap merupakan hasil dari kebudayaaan manusia setara dengan kesenian.

Tato (baik dengan ritual tradisi atau tidak) merupakan anak kandung seni yang lahir dari kebudayaan, akan menjadi batu dan kerikil bila di pertemukan dengan konsep moralitas agama. Sebab (mungkin) agama akan mengurainya secara hitam dan putih, surga dan neraka. Indonesia sepantasnya berbangga bahwa tato tradisi Dayak (Kalimantan) diakui sebagai bagian dari rupa tato kuno yang hingga saat ini sebagian kecil masih bertahan eksistensinya. Tato tradisi dalam masyarakat Dayak adalah salah satu acuan dan referensi kebudayaan dunia. Untuk itu ada baiknya ia diteliti, dipelajari dan dipahami sebagai identitas budaya di Kalimantan sendiri. Sehingga ia tidak lagi disalah arti menjadi simbol sebuah ancaman ketertiban dan keamanan, ke-tidakberadab-an.
Muatan Lokal dalam silabus dan kurikulum tentang Kalimantan Barat telah dimulai di sekolah-sekolah, apakah Tato juga layak diangkat sebagai sebuah pengetahuan baru? Seorang teman yang pernah menempuh pendidikan di SMP Negeri 4 Kabupaten Bantul di Provinsi DI. Yogyakarta pada 1998-2001 mengaku mendapatkan muatan lokal membatik, mengenal motif-motif dan membedakan motif Pekalongan, Cirebon, Yogyakarta dan Solo. Selain itu dipelajari pula kriya kayu, ukir, sablonase musik gamelan dalam karawitan Jawa dan berbagai aspek yang berkaitan dengan seni tradisi Jawa.
Memang tak elok membandingkan secara harafiah kualitas pendidikan dikedua daerah, namun apa yang telah dilakukan di Bantul dapat menjadi contoh bagi pendidikan daerah lain terutama di Kalimantan. Dimana pendidikan tak melepaskan basis budaya dan kemanusiaan sebagai bekal bagi siswa untuk menjadi seorang anak Indonesia yang maumengenal tradisi daerah asalnya.
Pendidikan sebagai dasar pijakan, adalah sangat penting bagi generasi muda Dayak dan Kalimantan secara umum. Nasionalisasi sebagai “Indonesia” harus diakui politis dan berkiblat pada pola yang dipengaruhi oleh etnis (dan mungkin) agama yang dominan, sehingga apa yang disebut kearifan lokal (yang tak sejalan) diabaikan demi politisasi kebudayaan itu sendiri.
Sesungguhnya banyak intelektual Dayak yang menyadari, namun mengabaikan proses ini dan menganggapnya adalah kewajaran. Tak akan ada generasi Dayak yang mampu membicarakan berbagai aspek budayanya bila tak ada kesadaran kolektiv dari generasi pendahulu untuk segera mendelegasikan sebuah pengetahuan yang baik tentang budaya Dayak. Hal ini tak dapat dimulai oleh komunitas lain, ia harus dimulai oleh Dayak-Dayak itu sendiri. Intelektual Dayak, terlihat sangat sibuk berpolitik, merebut posisi yang nantinya diharapkan akan mampu membuat semuanya terlihat sangat mudah terjadi oleh kekuasaan. Akses dan kedudukan sebagai decision maker dalam politik tentu sangat penting, namun tidak serta merta merubah nasib Dayak seperti membalikkan tangan. Yang terjadi berikutnya adalah perpecahan prinsip dan orientasi antara elite itu sendiri.

Tulisan ini jelas tak sempurna. Melalui ini saya berharap keresahan tentang eskistensi budaya Dayak, terutama tentang Tato sedikit terobati. Tulisan ini tidak juga bermaksud untuk mengajak generasi muda Dayak saat ini untuk ber-tato massal sebagai identitas baru. Masih banyak cara lain untuk “bangga” sebagai Dayak. Ketika Rumah Betang kini dapat dihitung jumlahnya, sebagai pusat perkembangan budaya ia sebenarnya tak lagi punya wibawa yang sama sepeti dimasa silam. Untuk itu diperlukan sebuah “Dayak Centre”, dimana pusat studi dan pengkajian dapat dilakukan secara terpadu. Diperlukan pula perpustakaan yang menyimpan data mengenai seluruh aspek budaya Dayak. Ini mendesak untuk dilakukan mengingat pola pewarisan lisan yang diandalkan oleh generasi sebelumnya terbukti tak cukup mampu manjadi pijakan dan sumber pembelajaran. Cerita rakyat, syair-syair, pantun, mantra-mantra, hukum adat, pemetaan wilayah, catatan, jurnal, makalah, hasil penelitian, berbagai hasil kesenian (musik,senirupa,kriya), motif ukir dan semua pengetahuan yang mungkin didokumentasi segera dilakukan dengan sadar. Semua ini dilakukan tidak untuk menciptakan generasi yang primordial, etnosentris dengan fanatisme kedaerahan dan militansi suku, namun untuk menciptakan kesadaran bersama bahwa kebudayaan Dayak adalah aset daerah dan aset kekayaan budaya bangsa.
Mempelajari rupa, motif, makna dan rupa Tato disekolah tidak serta merta menghimbau generasi muda untuk bertato, namun menyebarkan pengetahuan budaya. Sehingga bila Tato memang tak lagi dikenakan sebagai sebuah tanda dan identitas, ia tetap hidup sebagai hasil dari seni dan tradisi di Kalimantan Barat. Selanjutnya kita akan memiliki generasi yang paham tentang baik dan buruknya, juga sejarahnya. Dengan demikian tidak mudah terjadi latah untuk bertato tanpa memahami makna didalamnya.
Kebudayaan dan Tradisi Dayak banyak diperkirakan oleh Borneian akan segera hilang dari percaturan budaya nasional Indonesia, dan dunia. Ia akan segera menjadi sebuah kenangan dan memori indah masa lalu, bahwa di Kalimantan atau Borneo pernah hidup “Dayak” dengan kebesaran tradisi dan nilai didalam budaya. Ia akan tetap dikenang sebagai The great head hunters, atau bangsa penguasa rimba Kalimantan yang tak ada tandingnya. Dengan usaha kita bersama, berkarya dan berharaplah bahwa semua perkiraan itu tak demikian mudah terjadi, sebab ada generasi yang sadar dan disiapkan untuk menjadi generasi yang mencintai dan mau hidup didalam tradisi itu melalui transformasi budaya yang tepat